Lewat akun Twitter @deychan19, seorang netizen mencuit, "Itu beneran PNS di Nias ciuman massal? Kok hebat benar yang "giring". Udah tua-tua kok bungul (bodoh)."
Sementara di Facebook, Fazri Espandiarri Corry, menulis "Gak bagus lah kayak gini, sudah pada tua kok alay... Emang penting ya perayaan valentine? Kemesraan bukan untuk diumbar di khalayak umum... Ini lebih ke arah nafsu."
Kepada Daniel Tulus Simanjuntak, wartawan di Nias Selatan, Amsaro Sarumaha menceritakan kronologis peristiwa yang terjadi pada Selasa lalu itu. Amsaro adalah salah satu PNS yang ikut dalam aksi ciuman.
Dia menuturkan, saat itu berlangsung apel pagi dari kepala dinas lingkungan hidup Nias Selatan. "Kadis menjelaskan tentang pemanfaatan limbah botol plastik," tuturnya. "Salah satunya dijadikan bunga."
Pengguna akun twitter @selenakoe mempertanyakan 'apakah PNS-PNS yang berciuman itu benar-benar suami istri
Amsaro menyatakan dia "keberatan dengan apa yang muncul di media sosial, karena tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Itu bukan ciuman massal. Itu ciuman antara suami-istri. (Dan) yang saya cium itu istri saya sendiri," tegasnya.
Ditambahkannya, dia "tidak merasa melanggar aturan, karena saya tidak mencium istri orang atau pasangan yang belum saya nikahi."
Meskipun banyak menuai kecaman, tidak sedikit pula netizen yang mendukung aksi para PNS itu. Misalnya Sri Wau Wau lewat laman facebooknya yang menyatakan, "Ciuman antar suami-istri dipersalahkan. Luaslah dalam berpikir."
Kepada BBC Indonesia, dosen antropologi yang mengkaji gender dan seksualitas di Universitas Indonesia, Irwan Hidayana, menegaskan aksi ciuman pasangan PNS tersebut, "ketika (masih) suami-istri, itu tidak ada masalah sebenarnya."
"Karena ada bunga dan sedang momen valentine, Bupati memanggil pasangan (PNS yang) suami-istri. Karena valentine, (Bupati mengatakan) kepada suami kecuplah kening istrimu, lalu (kepada istri) ciumlah suamimu. Setelah itu bunga diserahkan. Itulah yang terjadi," cerita Amsaro.
Amsaro menyatakan dia "keberatan dengan apa yang muncul di media sosial, karena tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Itu bukan ciuman massal. Itu ciuman antara suami-istri. (Dan) yang saya cium itu istri saya sendiri," tegasnya.
Ditambahkannya, dia "tidak merasa melanggar aturan, karena saya tidak mencium istri orang atau pasangan yang belum saya nikahi."
Meskipun banyak menuai kecaman, tidak sedikit pula netizen yang mendukung aksi para PNS itu. Misalnya Sri Wau Wau lewat laman facebooknya yang menyatakan, "Ciuman antar suami-istri dipersalahkan. Luaslah dalam berpikir."
Kepada BBC Indonesia, dosen antropologi yang mengkaji gender dan seksualitas di Universitas Indonesia, Irwan Hidayana, menegaskan aksi ciuman pasangan PNS tersebut, "ketika (masih) suami-istri, itu tidak ada masalah sebenarnya."
Irwan menyatakan banyaknya kecaman yang muncul karena masyarakat diduga mengaitkan aksi tersebut dengan 'perayaan valentine'.
[post_ads]
Padahal menurutnya, menampilkan kasih sayang di depan umum, antara laki-laki dan perempuan, sudah lama ada di beberapa budaya di Indonesia.
Ramainya pemberitaan di media sosial dan online terkait ciuman massal para suami istri PNS ini, ternyata menyita perhatian pemerintah pusat. Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, menyatakan timnya telah meminta satu orang perwakilan Kanwil untuk menyelidiki peristiwa itu.
"Masalahnya di Indonesia, sesuatu yang datang dari Barat dianggap kurang pantas," kata Irwan.Sikap itu, menurut pakar gender dan seksualitas ini disebabkan masyarakat Indonesia "beberapa tahun terakhir menjadi lebih konservatif, semuanya dikaitkan dengan agama."
[post_ads]
Padahal menurutnya, menampilkan kasih sayang di depan umum, antara laki-laki dan perempuan, sudah lama ada di beberapa budaya di Indonesia.
"Kalau kita lihat banyak (afeksi ini) yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Tari ronggeng, jaipong, itu menunjukkan seksualitas. Lalu laki-laki ikut menari (mendekat). Tapi ya itu, masyarakat sekarang berubah, nilai keagamaan dikedepankan, itu yang mengubah pandangan soal seksualitas," pungkas Irwan.Sementara itu, tokoh masyarakat Nias Selatan, Aris Agustus Dachi, menilai 'ciuman di depan umum bukanlah bagian dari budaya Indonesia'.
"Mereka (para PNS yang berciuman) telah mengotori budaya Nias Selatan," ungkap Aris kepada wartawan di Nias Selatan, Daniel Tulus Simanjuntak.Meskipun begitu, ketika ditanya apakah ada aturan yang dilanggar oleh pasangan suami-istri PNS tersebut, Aris mengaku 'tidak ada'.
"Saya pikir budaya tidak pernah diatur dalam bermasyarakat, di aparatur sipil negara," kata lelaki yang juga merupakan anggota DPRD kabupaten Nias Selatan.